Kekristenan di Korea adalah sebuah periode sejarah tentang perkembangan agama Kristen di Korea. Agama Kristen di Korea pertama kali diperkenalkan pada tahun 1608. Agama ini berkembang pesat mulai pada abad ke-18.
Di Korea pada awalnya agama Katolik disebut Seohak atau Ajaran dari Barat. Istilah Seohak dipopulerkan oleh kaum Sirhak (cendekiawan). Kaum Sirhak mulai membawa buku-buku teks Kristen serta membuat fondasi pertama bagi agama Katolik di Korea walau ditentang oleh pemerintahan dan kaum bangsawan.[1] Salah satu orang Korea yang pertama yang dikenal masuk agama Kristen adalah Yi Seung-hun (1756-1801) yang dibaptis di Beijing, Cina. Ilmuwan Sirhak terkenal yang pertama kali memeluk Katolik adalah Jeong Yak-yong.
Pada tahun 1791 pemerintahan Dinasti Joseon mulai mengeluarkan maklumat anti-Katolik dan menyiksa orang-orang Katolik.[1] Namun begitu, agama baru ini terus tumbuh dan pada tahun 1831 untuk pertama kalinya Keuskupan Korea dibentuk.
Pada tahun 1838—1837 para pastor dan penginjil dari Prancis datang ke Korea, salah satunya adalah Pierre P. Maubant. Penyiksaan-penyiksaan terjadi pada tahun 1839 dan 1846 dan banyak yang menjadi martir, di antaranya adalah Andrew Kim Taegon (1822—1846). Namun begitu, pemerintah tidak mampu memotong akar Katolik yang terus tumbuh.
Tekanan kembali dilancarkan setelah Raja Gojong naik tahta pada tahun 1864, tetapi yang mengendalikannya adalah ayahnya, Heungseon Daewongun yang anti Katolik. Pada masa ini sebanyak 8000 orang Katolik tewas terbunuh termasuk beberapa misionaris Prancis.
Pada tahun 1925, 79 orang Korea yang menjadi martir dalam penganiayaan pada masa Dinasti Joseon diabadikan di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Pada tahun 1968, 24 orang Korea lagi dikukuhkan menjadi orang suci. Selama Perang Korea (1950-1953) jumlah organisasi sosial misionaris Katolik meningkat. Gereja Katolik berkembang pesat dan hierarki kepemimpinan didirikan pada tahun 1962. Pada tahun 1984, Gereja Katolik Korea merayakan hari jadi ke-200 tahun yang ditandai dengan kunjungan Paus Yohanes Paulus serta kanonisasi 93 martir Korea dan 10 orang martir Prancis. Ini menjadi pertama kalinya kanonisasi terjadi di luar Vatikan dan Korea memiliki jumlah orang suci Katolik terbesar ke-4 di dunia walaupun pertumbuhan agama Katolik di negara itu lambat.
Uang ini pecahan 10000 Won dicetak oleh Pemerintah Korea Selatan ketika kunjungan Paus Yohanes Paulus serta 93 Martir dan 10 orang Martir ke korea selatan dan mengadakan sidang pertama kalinya di luar Vatikan.
uang ini ditujukan 200 tahun umat katolik di korea selatan yang mengalami aniaya besar masih bisa bertahan hingga akhirnya menjadi yang terbesar di korea selatan.
Kekristenan di Korea adalah sebuah periode sejarah tentang perkembangan agama Kristen di Korea. Agama Kristen di Korea pertama kali diperkenalkan pada tahun 1608. Agama ini berkembang pesat mulai pada abad ke-18.
BalasHapusDi Korea pada awalnya agama Katolik disebut Seohak atau Ajaran dari Barat. Istilah Seohak dipopulerkan oleh kaum Sirhak (cendekiawan). Kaum Sirhak mulai membawa buku-buku teks Kristen serta membuat fondasi pertama bagi agama Katolik di Korea walau ditentang oleh pemerintahan dan kaum bangsawan.[1] Salah satu orang Korea yang pertama yang dikenal masuk agama Kristen adalah Yi Seung-hun (1756-1801) yang dibaptis di Beijing, Cina. Ilmuwan Sirhak terkenal yang pertama kali memeluk Katolik adalah Jeong Yak-yong.
Pada tahun 1791 pemerintahan Dinasti Joseon mulai mengeluarkan maklumat anti-Katolik dan menyiksa orang-orang Katolik.[1] Namun begitu, agama baru ini terus tumbuh dan pada tahun 1831 untuk pertama kalinya Keuskupan Korea dibentuk.
Pada tahun 1838—1837 para pastor dan penginjil dari Prancis datang ke Korea, salah satunya adalah Pierre P. Maubant. Penyiksaan-penyiksaan terjadi pada tahun 1839 dan 1846 dan banyak yang menjadi martir, di antaranya adalah Andrew Kim Taegon (1822—1846). Namun begitu, pemerintah tidak mampu memotong akar Katolik yang terus tumbuh.
Tekanan kembali dilancarkan setelah Raja Gojong naik tahta pada tahun 1864, tetapi yang mengendalikannya adalah ayahnya, Heungseon Daewongun yang anti Katolik. Pada masa ini sebanyak 8000 orang Katolik tewas terbunuh termasuk beberapa misionaris Prancis.
Pada tahun 1925, 79 orang Korea yang menjadi martir dalam penganiayaan pada masa Dinasti Joseon diabadikan di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Pada tahun 1968, 24 orang Korea lagi dikukuhkan menjadi orang suci. Selama Perang Korea (1950-1953) jumlah organisasi sosial misionaris Katolik meningkat. Gereja Katolik berkembang pesat dan hierarki kepemimpinan didirikan pada tahun 1962. Pada tahun 1984, Gereja Katolik Korea merayakan hari jadi ke-200 tahun yang ditandai dengan kunjungan Paus Yohanes Paulus serta kanonisasi 93 martir Korea dan 10 orang martir Prancis. Ini menjadi pertama kalinya kanonisasi terjadi di luar Vatikan dan Korea memiliki jumlah orang suci Katolik terbesar ke-4 di dunia walaupun pertumbuhan agama Katolik di negara itu lambat.
Uang ini pecahan 10000 Won dicetak oleh Pemerintah Korea Selatan ketika kunjungan Paus Yohanes Paulus serta 93 Martir dan 10 orang Martir ke korea selatan dan mengadakan sidang pertama kalinya di luar Vatikan.
BalasHapusuang ini ditujukan 200 tahun umat katolik di korea selatan yang mengalami aniaya besar masih bisa bertahan hingga akhirnya menjadi yang terbesar di korea selatan.
terbuat dari bahan perak..
harga hanya 2 Juta Rupiah
Tertarik??
Hubungin : 089-999-26-779
ditunggu teleponnya, minimal sms deh
siap kirim ke luar kota