Persidangan Landraad yang kemudian mencuatkan pledoi “Indonesia Menggugat”, berujung pada dijebloskannya Bung Karno (dan teman-teman aktivis PNI lain) ke penjara Sukamiskin. Dalam suatu kisah, Bung Karno menceritakan, betapa pemerintahan kolonial Belanda tidak membedakan antara tahanan politik dan bromocorah.
Walhasil, Bung Karno pun mendekam bersama para pencuri, pemerkosa, hingga para koruptor. Di dalamnya, bercampur aduk, antara narapidana berkulit sawo matang dan berkulit bule. Jerajak besi adalah sebuah konsekuensi perjuangan yang telah tertanam di benak Sukarno, bahkan jauh sebelum ia “dilirik” Belanda.
Ia telah menyaksikan, betapa sang guru, HOS Cokroaminoto, dengan Sarekat Islam-nya, juga beberapa kali harus mendekam di penjara. Karena itu, sepengap dan segelap apa pun ruang penjara, tak pernah menggelapkan hati dan pikiran Bung Karno. Syahdan, ketika ia bebas, yang terlintas di benaknya adalah, “Lanjutkan perjuangan!”.
Karya tulis Bung Karno sekeluar dari penjara yang begitu fenomenal adalah “Mencapai Indonesia Merdeka”. Buku itu diterbitkan Hadji Umar Ratman, Bandung.
Dalam waktu beberapa bulan saja, buku itu sudah mengalami pencetakan ulang hingga empat kali. Selain karena masyarakat rindu akan tulisan-tulisan Bung Karno, juga karena dukungan media massa pro pergerakan ketika itu. Seperti misalnya komentar koran “Djawa Tengah” yang menulis: “Namanja tuan Ir Soekarno sebagai volksredenaar dan sebagai penulis sudah tjukup terkenal, hingga pudjian buat itu buku kita rasa boleh troeslah berikan lagi“…..
Suratkabar “Bintang Timur” menulis, “Ir Soekarno mempunjai kepandaian menulis…. pada bangsa kita masih terlalu sedikit kitab-kitab sebagai itu”. Lalu, suratkabar “Sin Tit Po” menulis, “…buku tersebut tidak kurang berharganja, terutama, bagi mereka jang masih muda dalam pergerakan disini.” Simak pula tulisan koran “Pertja Selatan”, “Tidak usah kita pudji terlebih djauh karena semua orang kenal siapa Ir Soekarno, Penting sekali ini buku bagi kaum pergerakan”.
Suratkabar “Pemandangan” menulis, “…sungguh practisch isinja… Sungguh berfaedah untuk dibatja, apalagi bagi kaum politik”. Sementara itu, koran “Djawa Barat” menulis, “Ir Soekarno ada seorang pemimpin pergerakan jang terkenal…. sehingga namanja sadja, sudah tjukup mendjadi suatu ‘garantie’ dari penting dan berpaedahnja buku itu”. Media “Pewarta” menulis, “….sangat berguna sekali bagi rakjat Indonesia jang telah masuk semangat kemerdekaannja”.
Persidangan Landraad yang kemudian mencuatkan pledoi “Indonesia Menggugat”, berujung pada dijebloskannya Bung Karno (dan teman-teman aktivis PNI lain) ke penjara Sukamiskin. Dalam suatu kisah, Bung Karno menceritakan, betapa pemerintahan kolonial Belanda tidak membedakan antara tahanan politik dan bromocorah.
BalasHapusWalhasil, Bung Karno pun mendekam bersama para pencuri, pemerkosa, hingga para koruptor. Di dalamnya, bercampur aduk, antara narapidana berkulit sawo matang dan berkulit bule. Jerajak besi adalah sebuah konsekuensi perjuangan yang telah tertanam di benak Sukarno, bahkan jauh sebelum ia “dilirik” Belanda.
Ia telah menyaksikan, betapa sang guru, HOS Cokroaminoto, dengan Sarekat Islam-nya, juga beberapa kali harus mendekam di penjara. Karena itu, sepengap dan segelap apa pun ruang penjara, tak pernah menggelapkan hati dan pikiran Bung Karno. Syahdan, ketika ia bebas, yang terlintas di benaknya adalah, “Lanjutkan perjuangan!”.
Karya tulis Bung Karno sekeluar dari penjara yang begitu fenomenal adalah “Mencapai Indonesia Merdeka”. Buku itu diterbitkan Hadji Umar Ratman, Bandung.
Dalam waktu beberapa bulan saja, buku itu sudah mengalami pencetakan ulang hingga empat kali. Selain karena masyarakat rindu akan tulisan-tulisan Bung Karno, juga karena dukungan media massa pro pergerakan ketika itu. Seperti misalnya komentar koran “Djawa Tengah” yang menulis: “Namanja tuan Ir Soekarno sebagai volksredenaar dan sebagai penulis sudah tjukup terkenal, hingga pudjian buat itu buku kita rasa boleh troeslah berikan lagi“…..
Suratkabar “Bintang Timur” menulis, “Ir Soekarno mempunjai kepandaian menulis…. pada bangsa kita masih terlalu sedikit kitab-kitab sebagai itu”. Lalu, suratkabar “Sin Tit Po” menulis, “…buku tersebut tidak kurang berharganja, terutama, bagi mereka jang masih muda dalam pergerakan disini.” Simak pula tulisan koran “Pertja Selatan”, “Tidak usah kita pudji terlebih djauh karena semua orang kenal siapa Ir Soekarno, Penting sekali ini buku bagi kaum pergerakan”.
Suratkabar “Pemandangan” menulis, “…sungguh practisch isinja… Sungguh berfaedah untuk dibatja, apalagi bagi kaum politik”. Sementara itu, koran “Djawa Barat” menulis, “Ir Soekarno ada seorang pemimpin pergerakan jang terkenal…. sehingga namanja sadja, sudah tjukup mendjadi suatu ‘garantie’ dari penting dan berpaedahnja buku itu”. Media “Pewarta” menulis, “….sangat berguna sekali bagi rakjat Indonesia jang telah masuk semangat kemerdekaannja”.
Harga Buku ini hanya 250 ribu
Tertarik???
Hubungin: 089-999-26-779
ditunggu teleponnya, minimal sms deh
siap kirim ke luar kota