Jumat, 17 Februari 2017

RAPOT PENDIDIKAN JAMAN PAKUBUWANA X "SUPER LANGKA"

1 komentar:

  1. Sekilas Pabubuwana X:

    Sri Susuhunan Pakubuwana X (Bahasa Jawa: Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwono X) lahir di Surakarta, 29 November 1866 – meninggal di Surakarta, 22 Februari 1939 pada umur 72 tahun, adalah raja Kasunanan Surakarta yang memerintah pada tahun 1893 – 1939.

    Sayiddin Malikul Kusno naik tahta sebagai Pakubuwana X pada tanggal 30 Maret 1893 menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Pakubuwana X memiliki dua permaisuri, yang pertama adalah GKR. Pakubuwana, putri KGPAA. Mangkunegara IV, dan yang kedua adalah GKR. Hemas, putri dari Sultan Hamengkubuwana VII. Dari dua permaisurinya Pakubuwana X tidak memiliki putra laki-laki, pernikahannya dengan GKR. Hemas ia hanya dikaruniai seorang putri yang bernama GRAj. Sekar Kedaton yang kelak bergelar GKR. Pembayun.

    Pakubuwana X juga memiliki 39 orang istri selir, dan dengan keseluruhan istrinya baik selir maupun permaisuri, Pakubuwana X memiliki 63 orang putra dan putri. Banyak dari putra-putri Pakubuwana X nantinya yang berpengaruh dan berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, antara lain KGPH. Jatikusumo, Kepala Staf TNI Angkatan Darat pertama, dan KGPH. Suryohamijoyo, yang menjadi anggota BPUPKI dan PPKI serta ketua Pekan Olahraga Nasional saat diselenggarakan di Surakarta pada tahun 1948.

    Masa pemerintahan Pakubuwana X ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kasunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era moderen, sejalan dengan perubahan politik di Hindia Belanda.

    Dalam bidang sosial-ekonomi, Pakubuwana X memberikan kredit untuk pembangunan rumah bagi warga kurang mampu. Di bidang PENDIDIKAN, ia mendirikan sekolah Pamardi Putri dan Kasatriyan untuk kepentingan kerabat keraton. Infrastruktur moderen kota Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahannya, seperti bangunan Pasar Gede Harjonagoro, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo-Kota (Sangkrah), Stadion Sriwedari, Kebun Binatang Jurug, Jembatan Jurug yang melintasi Bengawan Solo di timur kota, gapura-gapura di batas Kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, rumah singgah bagi tunawisma, dan rumah perabuan (pembakaran jenazah) bagi warga Tionghoa.

    Pada tanggal 21 Januari 1932, Pakubuwana X mendapatkan bintang kehormatan Sri Maharaja dari Ratu Wilhelmina dari Belanda berupa Grootkruis in de Orde van de Nederlandse Leeuw dengan sebutan raja dalam Bahasa Belanda, Zijne Vorstelijke Hoogheid.

    Meskipun berada dalam tekanan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda, Pakubuwana X memberikan kebebasan berorganisasi dan penerbitan media massa. Ia mendukung pendirian organisasi Sarekat Dagang Islam, salah satu organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia. Kongres Bahasa Indonesia I di Surakarta (1938) diadakan pada masa pemerintahannya.

    ini adalah sebuah Rapot Pendidikan di jaman Pakubuwana X.

    rapot ini menjadi SUPER LANGKA, karena di jaman itu orang yang bisa BERSEKOLAH adalah Orang yang dari keluarga Ningrat ataupun keluarga kaya-raya.. atau kerabat Keraton..

    harga Raport ini hanya 750 ribu.

    tertarik???

    Hubungin : 089-999-26-779

    ditunggu Teleponnya, minimal sms deh.

    siap kirim ke luar kota

    BalasHapus