Minggu, 14 Juni 2015

LENCANA BAJU MILIK KERATON SURAKARTA "SUPER LANGKA"

3 komentar:

  1. Lambang keraton Surakarta atau tepat dikenal dengan sebutan Radya Laksana merupakan sebuah logo yang menandakan tentang sebuah identitas berdirinya kerajaan atau keraton Surakarta. Sebuah logo yang begitu unik dan memiliki ciri khas asli kebudayaan Indonesia ini memiliki nilai-nilai essensial tersendiri di dalamnya. Radya Laksana juga memiliki beberapa fungsi sebagai simbol identitas keraton dan juga juga sebagai simbol estetika atau keindahan.

    Dalam bentuk LENCANA sering dipasang di baju sebelah kiri, menjadi motif batik khas kerabat keraton.

    BalasHapus
  2. •Makutha (mahkota)
    Sebagai simbol raja dan sebagai simbol kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, siapa saja yang memakai atau menerima gambar mahkota selayaknya berjiwa budaya Jawa. Dalam arti bahwa jiwa budaya Jawa memberi tuntunan, budaya sebagai “uwoh pangolahing budi” secara lahir dan batin berdasarkan budi luhur dan keutamaan. “Pakarti lahir” harus seiring dengan “pakarti batin,” hal yang demikian mencerminkan adanya sifat keharmonisan dalam budaya Jawa.

    •Surya (matahari)
    Surya atau matahari merupakan sumber kekuatan dan sumber penerangan dan hidup, yang akan menjadikan dunia tegak penuh dengan sinar penerang dan hidup. Hal ini merupakan simbol bahwa orang yaang berjiwa budaya harus dapat menanamkan kekuatan dan dapat memancarkan sinar kehidupan dengan tidak mengharapkan imbalan. Surya menjadi sarana kehidupan bumi.

    •Candra/sasangka (Bulan)
    Bulan merupakan sumber penerangan di malam hari tanpa menimbulkan panas, tetapi teduh, memberi cahaya kepada siapapun dan apapun tanpa kecuali. Hal yang demikian memiliki makna bahwa jiwa budaya harus didasari watak pemberi dan memancarkan penerangan yang tidak menyebabkan silau tetapi memancarkan kelembutan dan kedamaian. Candra menjadi sarana daya rasa (batin) bagi kehidupan di bumi.

    •Kartika (bintang)
    Kartika atau bintang memiliki sifat memancarkan sinar, hanya kelihatan gemerlap di sela-sela kegelapan malam. Hal ini memiliki ajaran bahwa raja atau seseorang agar dapat memberikan penerangan kepada siapapun yang sedang dalam kegelapan. Makna itu juga mengingatkan kepada kita bahwa masalah gelap dan terang dalam kehidupan ini silih berganti. Kartika menjadi sarana dan daya menambah teduhnya kehidupan di bumi.

    •Bumi (bumi)
    Secara lahiriah bumi merupakan tempat kehidupan dan juga tempat berakhirnya kehidupan. Bumi atau jagad melambangkan bahwa manusia (mikrokosmos) yang memiliki jagad besar (makrokosmos). Di sini sebagai kiasan atau “pasemon” adanya kesatuan jagad kecil dan jagad besar. Bumi atau “jagading manungsa” berada dalam hati. Oleh kerena itu manusia agar dapat menguasai keadaan, harus dapat menyatukan diri dengan dunia besar. Dalam Kejawen disebut “Manunggaling Kawula-Gusti.” Sifat bumi adalah “momot dan kamet” dapat menampung dan menerima yang gumelar (ada). Bumi sebagai lambang “welas asih,” dapat “anyrambahi sakabehe.”

    •Paku
    Paku sebagai kiasan atau “pasemon” agar selalu kuat. Hal ini mengandung ajaran bahwa kehidupan di bumi bisa kuat, sentosa harus didasari jiwa yang kuat, tidak mudah goyah, atas dasar satu kekuatan yang maha besar dari Tuhan YME, yang menjadi pegangan bagi manusia yang hidup di bumi

    •Kapas dan padi
    Kapas dan padi melambangkan sandang pangan yakni kebutuhan lahir dalam kehidupan manusia. Sandang di nomor satukan atau didahulukan, sedang pangan dinomor duakan atau dikemudiankan. Hal yang demikian mengandung ajaran bahwa sandang berhubungan dengan kesusilaan dan diutamakan, sedangkan pangan berhubungan dengan lahiriah dinomor duakan. Oleh karena itu manusia hendaknya mengutamakan kesusilaan daripada masalah pangan. Kehidupan manusia di bumi tidak dapat lepas dari kebutuhan-kebutuhan duniawi.

    •Pita merah putih
    Pita merah putih sebagai kiasan bahwa manusia terjadi dengan perantara ibu-bapak (ibu bumi bapa kuasa). Merah melambangkan ibu, sedangkan putih melambangkan bapak. Oleh karena itu, manusia hendaknya selalau ingat kepada ibu-bapak, yang tercermin dalam ungkapan : “mikul dhuwur mendhem jero” maksudnya sebagai anak harus dapat mengharumkan nama orangtua dan dapat menghapuskan kejelekan nama orang tua. Juga dapat diartikan laki-laki dan perempuan sebagai lambang persatuan. Untuk mencapai tujuan harus dilandasi semangat persatuan (antara Gusti dan Kawula).

    BalasHapus
  3. HARGA LENCANA INI HANYA 500 RIBU

    TERTARIK???

    HUBUNGIN 089-999-26-779

    DITUNGGU TELEPONNYA, MINIMAL SMS DEH.

    SIAP KIRIM KE LUAR KOTA..

    BalasHapus