Jumat, 15 Oktober 2021

OEI TIONG HAM ORANG TERKAYA DI ASIA "BUKU TABUNGAN DAN PERATURAN UANG DAN JASA" SUPER LANGKA









 

2 komentar:

  1. Nama Oei Tiong Ham kembali diperbincangkan seusai gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 3 Jateng-DIY di Jalan Kyai Saleh, Semarang, roboh.

    Kantor OJK ini merupakan bangunan kuno yang bersejarah.

    Gedung ini merupakan peninggalan pengusaha Oei Tiong Ham, konglomerat pertama di Asia Tenggara yang berjaya pada tahun 1920-an atau masa Hindia Belanda.

    Oei Tiong Ham adalah pendiri perusahaan multinasional pertama di Asia Tenggara dan orang terkaya pada zamannya di kawasan itu.

    Oei Tiong Ham lahir pada 19 November 1866.

    Oei Tiong Ham meninggal di Singapura, 6 Juni 1924 pada usia 57 tahun.

    Selain itu, ia adalah pemimpin masyarakat Tionghoa di Semarang dan belakangan juga dikenal sebagai Raja Gula Asia.

    Oei Tiong Ham memulai usaha setelah mewarisi perusahaan milik ayahnya, Oei Tjie Sien.

    Sedangkan ibunya adalah seorang Peranakan kelahiran Jawa dari keluarga menengah.

    Walaupun mapan, keluarga Oei bukanlah bagian dari kalangan Cabang Atas Peranakan, yang adalah elite tradisional Tionghoa di Hindia Belanda.

    Sedangkan ibunya adalah seorang Peranakan kelahiran Jawa dari keluarga menengah.

    Walaupun mapan, keluarga Oei bukanlah bagian dari kalangan Cabang Atas Peranakan, yang adalah elite tradisional Tionghoa di Hindia Belanda.

    Sebagai seorang Peranakan, ia fasih berbahasa Melayu, namun juga belajar di sebuah sekolah swasta Tionghoa.

    Oei Tiong Ham terutama adalah yang pertama mengekspor hasil bumi dan perdagangan opium.

    Pada peralihan abad memasuki abad ke-20, ia telah menjadi orang terkaya di Asia Tenggara.

    Usahanya mempunyai cabang-cabang di Bangkok, Kolkatta, Singapura, Hong Kong, Shanghai, London dan New York.

    Perusahaannya juga mempunyai properti dan sejumlah pabrik di Jawa, sebuah bank, broker di London dan armada kapal yang terdaftar di Singapura.

    Keberhasilan Oei disebabkan oleh hubungannya yang baik dengan para penguasa kolonial Belanda.

    Selain itu ia pun adalah orang Tionghoa perantauan pertama yang mengenakan setelan pakaian barat.

    Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia menyita dan mengambil alih seluruh aset-aset Oei Tiong Ham Concern di Indonesia dan pada tahun 1964 dibentuk BUMN PT Rajawali Nusantara Indonesia untuk mengelola aset-aset tersebut

    Orang Terkaya

    Oei Tiong Ham menjadi orang terkaya di Hindia Belanda.

    Bahkan dia juga menjadi konglomerat pertama di Asia Tenggara berjuluk Raja Gula.

    Oei Tiong Ham kemudian mendirikan bangunan megah bak istana di kawasan Gergaji, Semarang, dilengkapi taman.

    Warga sekitar biasa menyebut bangunan ini Istana Balekambang atau Istana Gergaji.

    Sisanya telah menjadi perkantoran dan permukiman penduduk.

    Bagian dari lahan milik Oei Tiong Ham kini menjadi perkampungan, kompleks Polda Jawa Tengah, kantor Gubernur Jawa Tengah, DPRD Jawa Tengah, kampus Universitas Diponegoro Pleburan, pusat perkantoran di Jalan Pandanaran hingga ke dekat Kampung Kali.

    Sumber :

    https://jateng.tribunnews.com/2020/07/29/biodata-oei-tiong-ham-raja-gula-zaman-belanda-lahir-di-semarang?page=3

    BalasHapus
  2. Oei Tiong Ham, Majoor-titulair der Chinezen (Hanzi: 黄仲涵; 19 November 1866 – 6 Juni 1924) adalah pengusaha Hindia Belanda berdarah Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Tjie Sien,[2] pendiri perusahaan perdagangan multinasional Kian Gwan. Lahir di Semarang, Jawa Tengah, Hindia Belanda (kini Indonesia), ia menjadi orang terkaya di Hindia Belanda dan Timur Jauh pada awal abad ke-20. Berjuluk "Sang Raja Gula", kekayaannya bertumpu pada industri gula. Ia juga mengabdi sebagai Luitenant der Chinezen dalam pemerintahan kolonial di Semarang dan memiliki pangkat Majoor sampai purna tugasnya.

    Di Singapura, tempatnya ia berpindah untuk menghindari pajak dan masalah hukum waris di Hindia Belanda, ada jalan bernama Oei Tiong Ham sebagai tanda penghargaan. Taman di dekat Holland Road, juga diberikan nama Oei Tiong Ham sebagai penghargaan.[3] Julukan lainnya, "Manusia 200 Juta", berasal dari kekayaannya yang berhasil mencapai 200 juta gulden saat kematiannya pada 1924 di Singapura.

    ini adalah buku yang mengatur kesejahteraan karyawan beliau termasuk peratuiran yang brelaku di perusahaan... menggunakan bahasa indonesai dan belanda kuno...

    buku ini SAKSI ORANG TERKAYA DI ASIA PERNAH HIDUP DI INDONESIA...

    Harga buku ini hanya 600 ribu

    Tertarik???

    Hubungin: 089-999-26-779

    ditunggu teleponnya, minimal sms deh

    siap kirim ke luar kota

    BalasHapus